Menyoal Tren Ecommerce dan Signifikansi Teknologi di Era Digital

Pada Jumat (6/12), Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana (FTI UKDW) bersama PT Inovasi Informasi Indonesia (ICUBE) menyelenggarakan kuliah umum bertajuk The Impact of New Customer Behavior in the Digital Era and the Role of a Good Ecommerce Platform. Selain bentuk kerjasama antara FTI UKDW dan ICUBE, kuliah umum ini secara khusus bertujuan mengedukasi mahasiswa tentang ecommerce dan teknologi yang ada di dalamnya.

foto: dok. ICUBE

foto: dok. ICUBE

Bertempat di Ruang Seminar Pdt. Dr Harun Hadiwijono UKDW, materi kuliah dibawakan langsung oleh Muliadi Jeo (Founder & CTO of ICUBE) dan Paulus Bimo (Senior Backend Developer). Acara dibuka oleh Bimo sebagai pemateri II sekaligus alumnus FTI UKDW. Dalam pembukaannya, ia menyampaikan bahwa ICUBE dan UKDW memiliki relasi istimewa karena separuh lebih dari tim ICUBE merupakan lulusan fakultas ini. Ia pun mengimbuhkan bahwasanya acara ini merupakan bagian dari program “ICUBE Goes to Campus” dengan UKDW sebagai kampus pertama yang dikunjungi.

Tren Ecommerce di Era Digital

Materi pertama yang dibawakan oleh Muliadi lebih banyak menyoal tentang ecommerce. Dengan sepak terjang selama lebih dari 20 tahun di industri ini, beliau membahas mengenai perkembangan ecommerce dari masa ke masa serta tren yang sedang atau yang diprediksikan akan berkembang.

Dalam presentasinya, Muliadi menganalisis 8 tren ecommerce yang sebagian besar sudah terjadi di negara-negara maju. Tren ecommerce seperti self-service, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Internet of Things (IoT), Machine Learning, Artificial Intelligent (AI), dan lain-lain menjadi contoh bagaimana perkembangan teknologi berperan besar dalam industri niaga elektronik saat ini.

“We’ve changed, almost everything has changed. It’s all because of technology,” papar Muliadi. Banyaknya toko konvensional (offline) yang gagal beradaptasi sehingga akhirnya tertinggal, hingga contoh toko buku cukup masif di US bernama Borders yang akhirnya gulung tikar. Kegagalan sebuah brand besar yang telah berdiri sejak 40 tahun bisa tumbang oleh derasnya arus digitalisasi. Ironisnya, ini hanyalah satu dari ratusan atau bahkan ribuan kasus lainnya.

Muliadi menerangkan bahwa penggabungan metode offline-online patut untuk dilakukan oleh para pelaku bisnis. “Fenomena offline-online ini pada beberapa keadaan memang nampak menakutkan. Adalah sebuah keniscayaan ketika mencoba meyakini satu cara berjualan dengan memilih antara stay offline atau go online. Di satu sisi, jumlah masyarakat yang terliterasi digital tidak serta merta menggantungkan cara belanja yang hanya terpaku pada satu metode online saja. Menggabungkan cara offline dan online lebih dari sebuah pilihan, bisa jadi suatu keharusan,” ujar Muliadi.

“Customer today buy experiences not just products,” tandas Muliadi. Sebagai pakar ecommerce, ia menilai bahwasanya perkembangan teknologi secara konsisten telah mengubah perilaku konsumen. Budaya praktis dan serba cepat jadi konsekuensi logis dari kemajuan teknologi yang kemudian mempengaruhi pola konsumen. Konsumen menuntut proses pembelian yang mudah, efisien, cepat, dan tepat. Dari sini, konsep omnichannel mulai berkembang.

Omnichannel tidak sekadar menyoal tentang banyaknya kanal atau saluran pembelian yang digunakan. Namun lebih kepada bagaimana sebuah perjalanan interaksi konsumen (customer journey) berakhir dengan mulus. Konsumen dapat memilih kanal manapun  untuk melakukan transaksi. Konsumen dapat membeli secara offline (membeli langsung di toko) atau melalui website ecommerce. Omnichannel berbicara tentang banyaknya pilihan atau cara pelanggan untuk membeli suatu produk namun fokusnya tetap pada pelanggan itu sendiri. Artinya, konsumen menjadi pusat dari siklus dan alur pembelian, yang akhirnya bertujuan untuk mengoptimalkan pengalaman konsumen.

Teknologi pada Ecommerce

Di sesi kedua, Bimo menggarisbawahi signifikansi teknologi yang diaplikasikan pada ecommerce. Semakin fleksibel, solid, dan ter-update platform yang dipakai, maka performa ecommerce akan kian terjamin. Sebuah website ecommerce tidak hanya dinilai berdasarkan tampilan semata, di dalamnya terdapat banyak sekali fitur dan kustomisasi yang harus terus dipelihara.

Para mahasiswa pun diperkenalkan dengan berbagai platform ecommerce populer yang banyak dipakai oleh jutaan ecommerce di seluruh dunia. Mulai dari Magento, Shopify, BigCommerce, WooCommerce, dan lain sebagainya. Namun secara lebih khusus, Bimo membedah Magento dan beragam fitur yang ada dalam backoffice-nya.

Bimo juga mengajak mahasiswa untuk belajar mengenai OMS (Order Management System) yang menjadi titik penting sebuah alur pembelian. Dengan mempresentasikan studi kasus dari salah satu ecommerce (https://9to9.co.id/), Bimo menerangkan bagaimana alur customer journey mulai dari pembelian barang hingga pengirimannya. Sepintas tampak sederhana, namun pada kenyataannya membutuhkan sistem yang terintegrasi dengan baik sehingga proses ini berjalan dengan sempurna dan pengalaman konsumen pun tetap terjaga.

Artikel ini pertama kali terbit di Koran Kampus UKDW Edisi Desember 2019 halaman 7
link: https://issuu.com/korankampus_ukdw

Previous
Previous

Omnichannel bagi Ritel Kecil dan Menengah, Pentingkah?

Next
Next

Air Bersih untuk Kita Semua: Water Care Kini Hadir Online